oleh

Unwar Bali Tawarkan Program Pengajaran Bahasa Inggris dan Translation Lab Berbasis Budaya di Mabar

media-wartanusantara.id – Universitas Warmadewa Denpasar, Bali berencana menyelenggarakan program pengajaran Bahasa Inggris dan Lab Penerjemahan (translation Lab) berbasis budaya lokal di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), NTT yang dimulai pada tahun 2021 hingga tahun 2023.

Demikian rangkuman hasil pertemuan antara Dr. I Wayan Budiarta, S.S., M.Hum, dosen yang mewakili rektor Universitas Marwadewa bersama Wakil Bupati (Wabup) Mabar, dr. Yulianus Weng di ruang kerjanya pada Senin, 26 April 2021.

Kepada media ini, Wabup Yulianus menjelaskan bahwa dalam pertemuan itu ada dua poin program yang ditawarkan oleh pihak Universitas Warmadewa. Pertama, kata Dia,
akan diadakan program pengajaran Bahasa Inggris berbasis budaya lokal di Labuan Bajo.

“Jadi pihak Universitas akan menerjunkan mahasiswa untuk mendampingi guru dalam menyusun modul pembelajaran dan proses pembelajaran yang lebih menarik berbasis budaya lokal”, terang Wabup Yulianus.

Selain itu, demikian Wabup Yulianus, program kedua disebut dengan Lab Penerjemahan (Translation Lab), yang nantinya akan bekerja sama dengan kampus Universitas Flores (Unflor).

“Mahasiswa diterjunkan untuk mengumpulkan cerita rakyat yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris”, ujar Wabup Mabar.

Semua kegiatan itu nantinya akan berlangsung 6 bulan atau setara dengan 20 Sistem Sredit Semester (SKS).

Sementara itu, Dr. I Wayan Budiarta, S.S., M.Hum, menjelaskan soal latar belakang, mekanisme atau tahapan pelaksanaan dan peran dari mitra yang terlibat dalam program tersebut.

Wayan menegaskan bahwa, penerjemah telah menjadi profesi dengan penghasilan yang menjanjikan. Peluang-peluang di bidang ini masih terbuka lebar. Hanya saja, belum banyak informasi mendetail terkait profesi dan peluang kerja di bidang tersebut yang tersampaikan ke mahasiswa.

“Mahasiswa belum memahami bahwa profesi ini memilki prospek masa depan yang menjanjikan secara finansial”, terang I Wayan.

Wayan mengatakan, daerah yang akan dijajaki adalah wilayah kebudayaan Manggarai. Cerita rakyat yang didokumentasikan itu, kemungkinan berbahasa Manggarai, Komodo, Namut, Riung dan Rongga.

“Pendokumentasian dan pengalihbahasaan budaya lokal ke Bahasa Indonesia bertujuan untuk mengenalkan budaya setempat ke pentas nasional”, imbuh I Wayan.

Sedangkan mengenai mekanisme dan tahapan pelaksanaannya, I Wayan menjelaskan bahwa program itu akan dimulai pada tahun 2021 hingga 2023.

Secara garis besar untuk rincian mekanismenya, tahun 2021 diadakan survey lokasi, pengembangan materi dan penyusunan modul, pengumpulan data, verifikasi dan validasi data, proses penerjemahan, proses editing, penilaian, monitoring, penerbitan, dan publikasi pertama.

Sementara pada tahun 2022 dan 2023, tahapan kegiatannya tetap sama, tetapi fokusnya berbeda. Tahun 2022, topiknya tentang makanan tradisional. Sedangkan untuk tahun 2023 akan berfokus pada topik lain, misalnya tentang hukum adat.

I Wayan juga mengungkapkan soal kelompok yang menjadi mitra dan narasumber dalam kegiatan itu.

“Jadi, kami akan bermitra dengan tokoh adat Mabar sebagai narasumber tradisi atau budaya lisan. Selain itu, dengan Universitas Flores sebagai konsultan dari sisi akademisi terkait budaya setempat, sebagai tim bahasa lokal”, ungkap I Wayan. (YB/FK).

WARTA UTAMA