media-wartanusantara.id — Jagat maya dihebohkan dengan sebuah foto mahasiswa yang telah diwisuda berlutut di depan tungku tempat penyulingan sopi (minuman keras tradisional daerah NTT).
Dilansir media Voiceoftimor.com, foto tersebut diunggah oleh sebuah akun Facebook bernama Anselmus Hanoe.
Dalam postingannya, Anselmus menulis keterangan foto yang berbunyi ‘Iris tuak, lalu diolah jadi sopi, dan hasilnya dijual untuk sekolahkan anak. Proficiat, untuk anak Jon Neno, S.P. Hasil dari tua nakaf Tualeu’. Unggahan tersebut sontak menuai banyak pujian dari netizen.
Diketahui, lelaki bertoga dalam foto yang diunggah oleh akun facebook Anselmus Hanoe, adalah Yohanes Neno, mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Timor (Unimor) Kefamenanu, asal Tualeu, Desa Lanaus, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi NTT, yang baru saja diwisuda beberapa waktu lalu.
Ketika diwawancarai, Jon, begitu sapaan akrabnya, menuturkan bukan tanpa alasan ia berlutut di depan tempat penyulingan sopi setelah wisuda. Hal itu ia lakukan sebagai wujud ungkapan syukur tak terhingga. Pasalnya, dengan usaha penyulingan sopi yang digeluti keluarganya, ia akhirnya bisa menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Pertanian, Unimor.
Ia mengisahkan, ayahnya Yohanes Taif Tefa, sudah mulai melakukan aktivitas penyulingan sopi sejak masa mudanya. Penyulingan sopi akhirnya dijadikan sebagai usaha keluarga. Bermodalkan 30 pohon nira yang tumbuh di pekarangan rumah mereka, ayahnya mulai fokus pada usaha penyulingan sopi.
Uang hasil penyulingan sopi digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan juga membayar biaya pendidikannya di perguruan tinggi, hingga ia berhasil meraih gelar sarjana.
Menurut Jon, ia sangat bersyukur usaha penyulingan sopi ayahnya bisa mendukung perekonomian keluarga dan pendidikannya. Sopi yang selama ini dipandang sebagai sebagai sumber masalah dan keonaran oleh sebagian besar masyarakat, ternyata menyimpan cerita berkesan lain, seperti yang ia alami sendiri. Dengan usaha penyulingan sopi, orang tuanya bisa membiayai pendidikannya hingga meraih gelar sarjana.
“Mungkin bagi sebagian besar masyarakat, sopi merupakan sumber keonaran. Tapi bagi saya pribadi, sopi merupakan sumber penghidupan bagi keluarga dan pendidikan saya. Saya sangat bersyukur usaha penyulingan sopi yang ayah saya geluti ini membawa berkat bagi keluarga kami,” kisahnya, Sabtu (12/6/2021).
Ia berharap Pemerintah Daerah bisa melepaskan usaha penyulingan sopi dan menjadikan sopi sebagai produk lokal yang bisa bersaing dengan produk-produk lain. Pasalnya, ada banyak keluarga yang menggantungkan hidup pada usaha tersebut. (**)