MAKASSAR – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) cabang Makassar menggelar dialog dalam rangka memperingati hari jadi GmnI yang ke-66, pada Senin (23/03/2020)
Kegiatan yang diinisiasi oleh komisariat DPK STDN Makassar ini sebagai bentuk kepedulian untuk kembali membangkitkan marwah GmnI.
Komisaris DPK STDN Sesarius Siono pada kesempatan menegaskan, GmnI sangat diharapkan harus tetap terus bergerak dalam mengimplementasikan tugas-tugas organisasinya dan berpegang teguh pada ajaran Bung Karno yaitu Marhaenisme.
“Semoga jadikan ideologi GmnI sebagai wadah membela kaum marhaenis perlu pro rakyat, GmnI tetap jaya bersama kaum marhaen dan terus berjuang untuk mencapai cita-cita revolusi dari Bung Karno untuk mewujudkan sosialisme Indonesia,” ujar mahasiswa STIE TRIDARMA NUSANTARA ini.
Sementara itu, Ketua panitia Dies Natalis GmnI Cabang Makassar Karolus Pampur manghaturkan, ucapan terima kasih kepada semua pihak terlebih khusus semua kader yang telah menghadiri kegiatan dialog ini.
Ia menekankan agar individualis kader bisa merajut kebersamaan untuk merefleksi kembali Rejuvenasi gerakan.
Terpisah Plt Ketua GmnI Cabang Makassar Ferdinando Saferi yang akrab disapa Bung Akar ini mengatakan, konflik yang berkelanjutan di tubuh GmnI akan segera diselesaikan.
Ia juga mengajak semua kader GmnI kembali merawat marhaenisme dengan selogan gotong royong.
Dalam dialog ini, salah satu pemateri yakni Tarsius Derson Wesa dalam pemaparannya, menanyakan kepada para peserta dialog tentang semboyan GmnI yaitu pejuang pemikir-pemikir pejuang.
“Pejuang pemikir-pemikir pejuang. sebenarnya indikatornya untuk siapa?,” tandas mahasiswa STKIP YPUP ini.
Ia pun menjelaskan, bahwa subtansi dan progres slogan sama sekali tidak memiliki efek bagi tujuan asas perjuangan GmnI.
“Kita sebagai kader harus mampu memahami dan implementasi slogan itu untuk kepentingan umat bukan kepentingan individu atau kelompok,” kata mahasiwa yang akrab disapa Bung Ancek tersebut.
Ia pun menjelaskan, satu kesimpulan analisis dampak perjuangan, GmnI dari beberapa dekade kemungkinan berjuang dan berpikir untuk kepentingan individu dan kelompok.
“Sebab tidak banyak dampak akibat hasil pikiran dan perjuangan GmnI untuk bangsa dan negara,” bebernya.
“Mungkin ada tapi untuk pribadi para pihak yang punya otoritas,
yang lebih parah jika GmnI mengatasnamakan rakyat untuk menggendutkan kocek sendiri. Lalu bagaimana? Rakyat mana yang perjuangkan GmnI? Dan utuk apa Rejuvenasi?,” imbuhnya.
Tarsius Derson Wesa berharap, agar perjuangan GmnI bisa nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Saya kira ini akan berdampak jika atas niat membangun bukan karena asas wacana dan propoganda agitatif untuk menunjukkan keseksian pergerakan GmnI,” pungkasnya. (RED)