JAKARTA – Jagat Maya kembali riuh dengan munculnya sebuah unggahan di akun Twitter @RomoJostKokoh soal seorang Ustaz yang diketahui bernama Ustaz Bangun Samudra.
Akun @RomoJidtKokoh membagi sebuah foto banner Uztaz Bangun Samudra yang dipasang di sebuah pohon.
Sontak, karena unggahannya itu, kata kunci ‘S3 Vatikan’ kini bertengger di deretan 10 besar trending topic Indonesia di Twitter.
Warga Twitter ramai-ramai berkomentar soal banner acara pengajian di mana ustaz yang dihadirkan diklaim merupakan lulusan S3 Vatikan banneer acara pengajian tersebut.
Berdasarkan banner, diketahui bahwa pengajian itu digelar di Masjid Al-Mukhlish pada 14 Februari 2020 lalu dan diisi oleh Ustaz Bangun Samudra.
Banner yang dipaku di pohon itu menjelaskan Ustaz Bangun Samudra adalah mualaf lulusan S3 Vatikan.
Tertulis di bawah namanya, Ustaz Bangun Samudra merupakan seorang mantan Pastor yang kini telah menjadi mualaf. Ia juga disebut merupakan lulusan S3 Vatikan.
“Knp umat beragama disini mudah sekali dibohongi? Contoh jelas: Dia pernah di Seminari Garum-Blitar (SMA) & hanya 1 tahun artinya tdk lulus!,” tulis akun @RomoJostKokoh, dikutip Rabu, 19 Februari 2020.
“Stlh mualaf, tahu2 muncul sbg ustad & mengaku mantan pastor (pastor genius lulusan S3 Vatikan) Anehnya ribuan org lgsg percaya bgitu saja,” lanjutnya.
Knp umat beragama disini mudah sekali dibohongi?
Contoh jelas:
Dia pernah di Seminari Garum-Blitar (SMA) & hanya 1 tahun artinya tdk lulus!Stlh mualaf, tahu2 muncul sbg ustad & mengaku mantan pastor (pastor genius lulusan S3 Vatikan) Anehnya ribuan org lgsg percaya bgitu saja pic.twitter.com/sHyFQqU6LY
— Jost Kokoh (@JostKoko) February 18, 2020
Cuitan itu kemudian mendapatkan beragam tanggapan warganet, tak sedikit dari mereka yang mengaku bingung dengan pesan yang ingin disampaikan oleh Bangun Samudra itu.
Agak bingung sama S3 Vatikan. Vatikan kan negara bukan institusi pendidikan. Di Negara itu tidak ada universitas bahkan. Kampus untuk teologi Katolik yang dekat situ paling di Roma, yaitu Gregoriana.
Eh mau tau fakta lain. Negara tapi ga lebih gede dari kelurahan. pic.twitter.com/zn5gTac4cM
— Mr Frost 👔 (@FriendlyFrost) February 19, 2020
Imam Katolik Angkat Bicara
Imam Katolik Roma, Pater Tuan Kopong MSF ikut bereaksi atas kehebohan ini.
Klerus asal NTT yang saat ini tengah bertugas di Manila, Filipina ini melalui akun Facebooknya menulis sebagai berikut;
Pingin Tenar, Gak Usah Jualan “Mantan” Pasturmu.
Jadi pastor atau imam Katolik Roma itu tidak segampang engkau jualan kebohonganmu. Menjadi imam Katolik Roma itu tidak semudah engkau membohongi pemgikutmu hanya untuk sepiring nasi.
Untuk kalian yang puja memuja, yang percaya dengan kebohongan yang mengaku-ngaku mantan “pastur”, kali ini saya menunjukan kepada kalian jalan menjadi seorang pastor atau imam Katolik Roma.
Menjadi pastor itu bukan kehendak dan kemauan pribadi. Bukan pula karena kemauan atau kehendak orang tua. Menjadi pastor adalah panggilan dari Allah sendiri yang muncul dan lahir dari pengalaman menggetarkan yang sederhana ketika sesorang tertarik saat melihat pastor mengenakan jubah atau pakaian imam saat merayakan Ekaristi. Getaran-getaran kecil dan sederhana itu kadang juga bisa hilang dan bisa muncul kembali.
Panggilan Allah juga hadir ketika orang merasa memiliki semuanya namun hidup terasa kering dan tak bergairah. Bahkan perjumpaan dengan orang -orang kecil, sederhana dan terlantarkan bisa menjadi pengalaman menggetarkan yang membimbing dan menuntun orang tersebut sampai pada keputusan untuk menghidupi pengalaman menggetarkan itu dengan masuk seminari, KPA (kelas persiapan atas) atau postulant.
Maka menjadi seorang calon imam juga bukan karena putus cinta. Bukan karena pengalaman kekecewaan ditinggal sang pacar. Karena banyak pengalaman menunjukan bahwa banyak juga memiliki pacar namun meninggalkan pacarnya karena getaran panggilan menjadi seorang imam sangat kuat.
Ada banyak jalan yang dilalui untuk menghidupi panggilan menjadi seorang imam atau pastor Katolik. Ada yang langsung masuk seminari kecil yaitu pendidikan seminari mulai dari SD, SMP dan kemudian SMA. Ada juga yang setelah tamat SMP langsung mendaftar dan jika lulus test maka melanjutkan pendidikan SMA Seminari selama Empat (4) tahun. Selama pendidikan Empat tahun ini mereka dipanggil sebagai seminaris. Proses penerimaan dan seleksi untuk masuk SMA Seminari sangat ketat. Bahkan selama proses pembinaan tidak serta merta bahwa yang sekolah di SMA Seminari pasti akan menjadi seorang imam. Tidak.
Karena ada selalu proses seleksi dan pembinaan yang akhirnya mengajak setiap pribadi untuk menemukan motivasi tersendiri dan pada akhirnya mengambil keputusan tersendiri untuk melanjutkan pendidikan atau tidak. Bahkan tidak jarang ada juga yang dikeluarkan karena tidak menunjukan gaya hidup sebagai orang terpanggil selama masa pendidikan.
Sebelum tamat SMA Seminari biasanya para seminaris setahun sebelum tamat diminta untuk memilih Keuskupan atau tarekat mana untuk mewujudkan cita-cita dan panggilan menjadi seorang imam entah menjadi imam keuskupan atau yang biasa dikenal dengan sebuat imam projo atau imam misionaris, religius atau tarekat.
Ada juga proses atau jalan lain yang bisa ditempuh untuk menjadi seorang imam Katolik Roma. Ada yang setelah tamat SMA biasa kemudian melanjutkan masa pendidikan satu tahun di seminari menengah yang disebut KPA atau ke postulant dimana diterima sebagai calon imam dari tarekat yang dilamar. Masa KPA biasanya satu tahun dan masa postulant biasanya juga satu atau dua tahun tergantung dari konstitusi tarekat.
Setelah tamat SMA Seminari atau KPA atau Postulant, para calon mulai memasuki masa persiapan. Bagi calon imam diosesan mereka akan menjalani masi TOR (Tahun Orientasi Rohani) selama satu atau dua tahun. Bagi calon imam tarekat atau religius akan memasuki masa novisiat selama satu atau dua tahun. Ada juga yang sebelum masuk masa novisiat masih melewati masa formatio selama setahun yang disebut pra novis dan setelah pra novis menjalani masa novisiat selama setahun.
Jika tak ada halangan maka setelah masa TOR atau Nosiciat para calon akan melanjutkan pendidikan Filsafat dan Teologi. Bagi calon imam tarekat, biasanya setelah masa novisiat didahului dengan pengikraran kaul pertama sebagai tanda sang calon resmi menjadi anggota religius tarekat tersebut. Maka biasanya setelah kaul pertama, sang calon tersebut berhak menggunakan nama tarekat di belakang nama aslinya, misalnya Fr. Joni MSF atau Fr. Paul SVD.
Masa pendidikan Filsafat dilaksanakan tergantung dari sistem perkulihan masing-masing fakultas Filsafat dan Teologi yaitu ada yang tiga sampai empat tahun. Setelah masa pendidikan Filsafat dilaksanakan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) selama satu sampai dua tahun. Tahun orientasi pastoral adalah semacam praktek pastoral bagi para frater. Setelah TOP dilanjutkan dengan pendidikan Teologi. Biasanya sebelum atau sesudah TOP para frater dilantik sebagai lektor dan akolit yaitu sebagai pembaca Sabda dan pelayan altar.
Setelah pendidikan Teologi ada ujian ad audiendace atau ujian pengakuan dosa sebegai persiapan menerima tahbisan Diakon. Di Fakultas Teologi Kentungan Jogja masa persiapan ujian ad audiendace dikenal dengan program tahun imamat selama satu smester. Para frater dipersiapkan dengan berbagai latihan penyelesaian kasus perkawinan, mendengarkan pengakuan dosa dan juga penyelesaian kasus-kasus yang berhubungan dengan moral.
Setelah tahbisan diakon, para diakon diutus untuk melaksanakan masa diakonat selama enam bulan. Setelah masa diakonat, jika tidak ada halangan yang berat maka diakon akan ditahbiskan menjadi seorang imam. Setelah tahbisan maka imam baru tersebut akan diberi celebrate yang dikeluarkan dari keuskupan setempat sebagai tanda pengenal bahwa imam tersebut adalah benar-benar imam Katolik Roma.
Jalan panjang harus dilewati untuk menjadi seorang imam Katolik Roma. Bisa melewati enam sampai sembilan tahun. Demikian juga untuk studi lanjut setelah tahbisan bukan kehendak pribadi. Melainkan karena panggilan dan kebutuhan keuskupan atau tarekat.
Maka kalau ada yang mengatakan bahwa lulusan S-3 Vatikan itu OMONG KOSONG dan BOHONG BESAR. Mengagungkan dia sebagai pendakwah namun dia sendiri adalah pembohong, apalah arti semua yang disampaikan tidak lebih hanya sekedar sepiring nasi.
Di Vatikan tidak ada universitas Vatikan. Yang ada itu Universitasi Gregorian, Universitas Urbaniana dan lainnya. Vatikan adalah pusat agama Katolik dan menjadi ibu kota negara Vatikan. Jadi sudahlah jika ingin tenar tidak perlu harus membohongi Tuhan yang diwartakan dan jemaatmu yang mendengarkan. Jangan menambah dosa dengan dosa kebohongan akan statusmu.
Jadi untuk mencek dia benar “mantan” pastor atau tidak, cukup cek apakah dia pernah ditahbiskan sebagai imam keuskupan atau imam tarekat? Kalau imam keuskupan, nama keuskupannya apa? Dan jika imam tarekat nama tarekatnya apa? (RED)