Sumarto Hardin Bertekad Mewujudkan Wae-Wako Bangkit, Wae-Wako Maju

media wartanusantara.id– Desa Wae Wako, Kecamatan Lembor sebetulnya kaya potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tetapi, sampai detik ini, Desa ini belum mengalami lompatan kemajuan dan perubahan yang signifikan.

Sebagai putra asli Wae Wako, Sumarto Hardin “termotivasi” untuk turut berkontribusi dalam mengubah wajah Desa ini, melalui keikutsertaan dalam kontestasi Pilkades Wae Wako edisi 2022 ini.

Figur yang akrab disapa Marto ini bertekad untuk mengerahkan potensi yang dimilikinya dalam menata Desa Wae-Wako ke arah yang lebih baik jika publik merestuinya dalam kontestasi Pilkades ini.

Tekad politik itu, dirumuskannya dalam bentuk visi politik: “Mewujudkan Desa Wae Wako Bangkit, Wae Wako Maju”.

Untuk mewujudkan visi politik itu, alumnus Universitas Hamzanwandi Lombok Timur NTB ini, coba menjabarkannya dalam bentuk program yang terukur dan realistis.

Pelbagai program politik tersebut merupakan hasil pembacaan dan analisis yang akurat atas aneka persoalan dan potensi unggulan yang ada di Desa Wae Wako.

Beberapa program unggulan yang dijadikan agenda prioritas ketika dirinya mendapat mandat politik dari publik Wae Wako adalah sebagai berikut. Pertama, penataan birokrasi Desa. Untuk mewujudkan Desa yang maju perlu didukung oleh Aparatur Desa yang memiliki kemampuan untuk membangun Desa. Dirinya berkomitmen untuk merekrut dan menempatkan Aparatur Desa berpendidikan Strata Satu (S1) dan minimal SLTA.

Kedua, pembangunan Infrastruktur Desa. Pembangunan infrastruktur  Desa yang dimaksud adalah melanjutkan pembangunan jalan berkualifikasi lapisan penetrasi (Lapen) dan telford, rumah layak huni, drainase, buka ruas baru serta pembangunan lainnya.

Ketiga, mendukung secara defenitif rencana pemekaran Desa Damot. Untuk mewujudkan Desa mekar Damot menjadi Desa definitif perlu didukung dengan infrastruktur Jalan Desa, Paud Desa, Tempat ibadah, serta Penataan Ibukota Desa.

Keempat, pendidikan. Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Caranya adalah mendirikan PAUD, insentif bagi siswa yang berprestasi dan tidak mampu.

Kelima, kesehatan. Mewujudkan Desa Wae Wako bebas stunting, gizi buruk dengan mengotimalkan peran pendamping seperti Bidan Desa, Para Kader, serta bantuan terhadap nutrisi ibu hamil dan para Lansia.

Keenam, pertanian dan perkebunan. Penataan secara intensif pertanian padi lahan kering dan tadah hujan dan jagung. Selain itu, mendorong pembudidayaan  terhadap perkebunan jambu mete dan kemiri sebagai salah satu pendapatan masyarakat Desa.

Ketuju, peternakan. Mendukung upaya pemerintah dengan Program “Tanam Jagung Panen Sapi”. Selain itu, akan dikembangkan jenis ternak lainnya guna mendongkrak pendapatan warga.

Kedelapan, pemuda dan olah raga. Untuk mewujudkan “Desa Bangkit dan Maju”, perlu memberdayakan Pemuda Desa, melalui Karang Taruna dan dengan melibatkan pemuda dalam Musyawarah Desa dan mendukung Pemuda dalam event olahraga serta menyiapkan fasilitas lapangan dan perlengkapan lainnya.

Kesembilan, penataan BUMDes Mandiri. Badan Usaha Milik Desa, merupakan wadah untuk melatih warga desa bermental wirausaha dan salah satu aset untuk Pendapatan Asli Desa (PAD).

Kesepuluh, Dukacapil online dan Website Desa. Pelayanan Dukacapil dilakukan secara Online, dan diantar langsung ke masyarakat. Untuk itu, perlu membuka Website Desa agar Desa dan Pusat terkoneksi.

Untuk menggapai idealisme politik itu, sosok energik kelahiran kampung Laci ini, tidak menampik soal pentingnya sisi modal finansial dalam pembangunan.

Menurut Sumarto, dana untuk menuntaskan pelbagai program di atas berasal dari berbagai sumber, di antaranya: APBN (Dana Desa), APBD I (Propinsi), APBD II (Kabupaten), PAD Desa (Bumdes, Aset tanah Desa), dan bantuan lainnya yang tidak mengikat.

Sumarto sangat optimis bahwa pelbagai program yang ditawarkan itu, berdampak pada perubahan dan kemajuan yang diimpikan oleh warga Desa Wae Wako selama ini. (Yoflan).