MANGGARAI BARAT – Nasib bumi
pertiwi dari serbuan Covid-19 kian mencemaskan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menyelamatkan nyawa penghuninya, mulai dari pembentukan gugus tugas penanganan Covid-19, social distancing, himbauan dan bahkan larangan berkumpul, wajib mencuci tangan dan mengenakan masker, pembatasan sosial berskala besar, hingga adanya ancaman untuk lockdown.
Tak hanya pemerintah, masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan pun hingga kini masih bahu-membahu dengan cara mereka masing-masing untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19 atau virus Corona ini.
Namun rupanya, tanda-tanda virus Corona akan lenyap tak termimpikan. Yang ada, justru semakin sangar.
Sadar akan situasi yang serba dilematis antara kepatuhan terhadap kebijakan pemerintah tentang social distancing dan kebutuhan hidup yang relatif didapat dengan bekerja, masyarakat Indonesia rupanya sulit untuk bisa merasakan kenyamanan.
Atas dasar itulah, beragam cara dilakukan masyarakat untuk membantu pemerintah dalam menghentikan penyebaran Covid-19 ini.
Tak kalah pentingnya juga, sebagian besar masyarakat berupaya menghentikan krisis ini, dengan dilakukan melalui aspek spiritual berupa do’a permohonan kepada Tuhan maupun para leluhur.
Seperti yang dilakukan oleh Warga kampung Norang, Desa Gurung, kecamatan Welak kabupaten Manggarai Barat, pada Minggu (19/4/2020).
Dengan penuh khidmat dan sujud, warga kampung Norang melaksanakan Ritual adat yang disebut “Reku Tuang Tanah” yang berarti membujuk pemilik atau leluhur kampung.
Istilah Reku Tuang Tanah ini merupakan sujud permohonan yang disampaikan kepada leluhur dari seluruh suku Gendang di kampung Norang, untuk membantu masyarakat dalam membebaskan Beo bate Kaeng, uma bate duat, dan wae bate teku. Yang berarti membebaskan Kampung tempat tinggal, kebun atau ladang tempat bekerja, dan tempat timba air bagi warga di kampung Norang dari ancaman virus Corona.
Dalam kepercayaan masyatakat Manggarai, ketiga hal tersebut merupakan sumber kehidupan manusia.
Compang sendiri merupakan sebuah tempat untuk melaksanakan penyembahan serta memberikan sesajian kepada para leluhur.
Matias Tas,tua gendang Norang, menjelaskan ritual ini sangat penting dilakukan, mengingat situasi ini sudah semakin menghawatirkan, jadi memohon doa dan perlindungan leluhur menjadi pilihan terakhir.
“Manggarai ini kan kaya akan tradisi dan ritual adat, namun kita memilih ritual Reku tuang tanah ini, karna bisa dilakukan secara serempak dan bersama oleh seluruh suku di yang ada di Gendang Norang dalam satu acara saja, sebab kalo dilakukan dalam bentuk acara atau ritual lain,itu bisa bisa dilakukan sendiri-sendiri,” kata Matias.
Tias juga menyampaikan harapan warga dalam acara itu.
“Ya semoga leluhur kami ini mendengar seluruh untaian permohonan kami di gendang Norang ini,untuk mengusir semua sakit dan penyakit yang datang menyerang, yang mengganggu seluruh aktivitas dan kenyamanan kami semua,” ungkapnya.
Hadir dalam acara itu, Rikardus Syukur, seorang perantau asal kampung Norang yang telah memilih pulang akibat situasi yang sulit dihadapi dengan pasrah di Bali tempatnya merantau menuturkan, acara Reku Tuang Tanah tersebut telah berlangsung dengan khidmat.
“Memang tidak dihadiri oleh seluruh warga kampung, namun acaranya tetap berjalan dengan lancar dan seluruh harapan dan doa warga kampung Norang tentunya terwakili oleh keluarga yang hadir,” ujar ketua Muda-mudi Welak Bali itu saat dikonfirmasi Wartanusantara, Senin (20/04/20).
Dikatakannya, ketidakhadiran beberapa warga di Kampung Norang disebabkan oleh berbagai aktivitas dan kesibukan penting lainnya. Dengan demikian, ritual tersebut hanya dihadiri oleh para sesepuh dan beberapa warga di kampung Norang.
“Inisiatif tua – tua adat ini juga sebetulnya merupakan suatu pilihan sikap responsif atas situasi yang semakin mencekam ini,” ucap alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (STIKI) Denpasar Bali itu.
Diketahui, pemerintah Desa Gurung sendiri terus mengupayakan berbagai hal untuk mengantisipasi masuknya Covid – 19 di desa Gurung, seperti menyediakan posko penanganan Covid – 19, alat pelindung diri (APD) untuk petugas pustu, hand sanitizer, masker, sarung tangan dan telah menyediakan tempat untuk mencuci tangan.
Pemerintah desa setempat juga selalu memberikan arahan kepada masyarakat untuk terus waspada dan selalu mentaati anjuran-anjuran pemerintah.
Ada pun pelaksanaan ritual adat di rumah gendang dan compang Kampung Norang ini juga tadinya merupakan salah satu kegiatan yang difasilitasi pemerintah desa.
(RED)