KUPANG – Terduga penyebaran paham Khilafa di Kupang, NTT yang merupakan pasangan suami istri akhirnya ditangkap oleh Brigade Meo.
Brigade Meo sendiri merupakan salah satu ormas di NTT yang konsisten menyuarakan hal-hal terkait keagamaan dan Pancasila.
Pasutri ini diamankan di salah satu kos-kosan di Jalan Air Lobang 3, Kelurahan Sikmana, Sabtu (30/5/2020).
Mereka diamankan aktivis Brigade Meo yang bekerjasama dengan aparat kepolisian.
Ketua Brigade Meo, Mercy Siubelan mengatakan, penggerebekan terhadap pasutri penganut organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu setelah pihaknya membaca pemberitaan media dan edaran video.
Untuk mengantisipasi amukan warga, Brigade Meo berkoordinasi dengan aparat Polsek Maulafa.
Menurut dia, Suryadi Koda, pasangan suami yang menyebarkan selebaran khilafah itu merupakan pentolan HTI yang sudah sering berulah.
“Dia (Suryadi) pernah kami amankan. Sudah bebas dan sekarang berulah lagi,” katanya, seperti dilansir diantimur.com
Ia berharap, polisi mengambil langkah hukum agar dapat menghentikan jaringan HTI yang tersebar di NTT.
“HTI organisasi terlarang, mereka harus diproses hukum,” tandasnya.
Kapolres Kupang Kota, AKBP Satrya Binti membenarkan penangkapan pasutri itu. Menurut dia, polisi saat ini sudah melakukan interogasi dan akan melakukan penyelidikan mendalam.
“Saya harap masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi,” katanya.
Setelah dibawa ke Polsek Maulafa, pasutri ini kemudian digiring ke Polres Kupang Kota. Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti berupa, selebaran berisi khilafah, satu laptop dan sejumlah surat.
Hingga kini, keduanya masih menjalani pemeriksaan intensif di ruangan intel.
Untuk diketahui, penyebar paham radikal ini menggunakan modus baru dengan menyebarkan selebaran tentang khilafah dengan modus menyelipkan ke dalam lembaran koran yang dijual para loper di lampu merah El Tari, Kupang, Kamis (28/5/2020).
Untuk memuluskan niat, mereka membayar sejumlah uang ke loper koran untuk menyebarkan selebaran tersebut.
“Ada seseorang yang tidak kami kenal. Dia datang beri uang Rp 20 ribu dan minta kami selipkan ke koran untuk disebarkan,” ujar seorang loper koran kepada wartawan, Kamis (28/5/2020).
Ia mengaku tidak mengerti tentang isi selebaran dia. Ratusan brosur berisi menolak sistem demokrasi dan menerapkan sistem khilafaf sebagai solusi dari segala masalah itu diselipkan ke koran lalu dijual. Sebagiannya diedarkan terbuka oleh anak-anak penjual koran. (RED)