media-wartanusantara.id – Anggota Komisi III DPR RI Benny Kabur Harman mengungkapkan keluhan para tenaga kesehatan (Nakes) dari berbagai daerah.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu mengatakan, walau Nakes memiliki garda terdepan dalam menghadapi Covid-19, namun insentif yang mereka terima masih sangat rendah. Selain itu, kata Dia, pencairannya sangat birokratik dan bertele-tele.
“Para nakes selalu dibilang garda terdepan dalam perang semesta melawan Covid-19 namun insentif mereka sangat rendah. Sudah kecil insentifnya, pencairannya sangat birokratik, bertele-tele. Itu keluhan Nakes yang kami terima dari daerah2. Kami hanya penyambung lidah.#RakyatMonitor,” demikian yang disampaikan Benny dalam cuitannya melalui akun twitter pribadinya, Jumaat, 16 Juli 2021.
Sebelumnya, sejumlah tenaga kesehatan (nakes) dikabarkan mengundurkan diri dari pekerjaan di tengah lonjakan kasus Covid-19. Hal itu disampaikan Ketua Dokter Indonesia Bersatu, Eva Sri Diana Chaniago sebagaimana dilansir Kompas.com, edisi Kamis, 15 Juli 2021.
Eva menyebut jika gaji yang diterima para Nakes dari berbagai rumah sakit sekarang tidak sesuai dengan beban kerja. Sementara insentif dari pemerintah tidak cair. “Ya mereka akhirnya lebih memilih resign (mengundurkan diri)” kata Eva, ketika dihubungi Kamis kemarin.
Eva mengatakan, gaji yang dibayarkan RS untuk nakes karyawan tergolong kecil. Bahkan, para nakes yang berstatus relawan sama sekali tak digaji oleh rumah sakit. Karena itu, insentif bagi nakes di masa pandemi memang sudah menjadi suatu kewajaran.
Walau Pemerintah sudah menetapkan besaran insentif berbeda-beda untuk tiap kategori nakes, mulai dari Rp 5 -15 juta per bulan, namun pembayaran insentif ini sangat telat sekali. “Insentif dari bulan November tahun lalu baru cair bulan ini,” ujar dia.
Sementara itu, pasien Covid-19 terus berdatangan ke rumah sakit. Beban kerja nakes menjadi tambah berat. Bahkan, banyak nakes yang akhirnya jatuh sakit dan ikut tertular Covid-19 hingga menularkan virus ke keluarganya di rumah. Wajar saja banyak nakes yang akhirnya menyerah.
“Ada yang resign bilangnya mendingan dagang, ada yang mau sekolah lagi, ada juga yang dilarang oleh suami,” kata dokter spesialis paru-paru itu.
Eva khawatir RS akan makin kolaps karena jumlah nakes terus berkurang di tengah lonjakan kasus Covid-19. Ia mengatakan, pemerintah bisa saja menambah ruang perawatan atau isolasi sebanyak mungkin.
Namun, itu akan menjadi sia-sia jika tak ada tenaga kesehatan yang menangani pasien. Karena itu, ia berpesan kepada pemerintah agar jangan sampai ada keterlambatan pembayaran insentif bagi nakes. Eva juga berpesan agar pemerintah segera membayar utangnya ke rumah sakit.
“Jangan sampai rumah sakit juga tidak sanggup bayar nakes karena duitnya diutangin Kemenkes dan belum dibayar,” ujar dia. (Wn)