Cangkir Kopi, Asap Rindu: Puisi Fransiskus Pratama

Cangkir Kopi

Aku menatap hampa dalam gelas kopi ini
Tersisa bulir-bulir air yang telah ku kecap
Seperti cinta yang telah kandas sore itu
Kata putus darinya masih melintasi kepalaku

Tanganku yang menampar pipinya
Dinodai rasa bersalah
Kenangan manis tinggal cerita
Secepat kilat hilang selamanya
Janji suci dinodai egois

Andai saling paham mungkin ceritanya lain
Aku sudah terlambat kataku pelan
Aku hanya mengecap asinnya air mata
Meneguk penyesalan pada kerongkonganku
Asap demi asap mengepul dari bibirku
Menyesal…menyesal sembari menggelengkan kepalaku.

 

Asap Rindu

Tumpukan sisa rokok menggunung dalam asbak
Belasan bungkus masih tersisa
Batang demi batang aku bakar
Kepulan asapnya mengingatkanku setiap momen yang kulalui bersamanya

Seketika rasa rindu kambuh
Sesak rasanya setiap denyut nadiku berdetak
Koleksi foto bersamanya aku buka

Seirama dengan hisapanku pada batang rokok
Pelan pelan asapnya hilang diterpa angin
Secepat kisahku bersamanya
Remuk rasanya tak ada satupun obat penawar
Agar aku bisa move on dari semua kenangan itu

Oleh : Fransiskus A Pratama, Mahasiswa IISIP Jakarta