Inkulturasi Warnai Perayaan Misa Nataru Bersama Permata-Unwar

BALI – Perhimpunan Mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT) Universitas Warmadewa (Permata Unwar) sukses melaksanakan acara Natal dan Tahun Baru (Nataru) bersama yang diselenggarakan di ruang Auditorium Unwar, pada Sabtu (04/01/20) kemarin.

Tak disangka sebelumnya, di balik kesuksesan pegelaran acara tersebut, nampaknya ada sebuah moment menarik yang sebelumnya telah disiapkan secara matang oleh pihak panitia acara Nataru tersebut, hingga sempat menyita perhatian undangan.

Bagaimana tidak, acara yang digelar dengan diawali perayaan ekaristi kudus atau misa yang dipimpin oleh Romo Paskalis Widastra ini tampak diwarnai dengan sebuah inkulturasi yang melibatkan antara 3 (tiga) budaya dan agama yang berbeda.

Meski WartaNusantara sebelumnya tidak sempat meliput jalannya perayaan misa di acara tersebut, namun, berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu sumber, dikatakan bahwa, saat diadakan sebuah persembahan saat misa Katholik ini berlangsung, tampak melibatkan 3 (tiga) umat dari budaya dan agama yang berbeda. Ketiganya yakni, masing-masing dari agama Muslim, Hindu, dan Kristen Protestan.

“Iya Kakak, tadi pas bawa persembahan saja ada yang dari agama Muslim, Hindu, dan Kristen Protestan itu kalau tidak salah tadi, Kakak,” kata sumber tersebut pada Sabtu (04/01/20) malam, sembari meminta namanya untuk tidak dituliskan wartawan.

Ketiga perwakilan agama tersebut diketahui pula merupakan mahasiswa dan mahasiswi yang berkuliah di Universitas Warmadewa.

Selain itu dikabarkan pula, saat persembahan dibawakan, salah seorang Mahasiswa Fakultas Hukum beragama Katholik asal Manggarai NTT di Universitas tersebut bernama Gregorius Setiawan tampak membawakan persembahan dengan menyampaikan torok. Yang mana dalam budaya Manggarai, torok ini merupakan ungkapan doa orang Manggarai yang ditujukan kepada Mori agu Ngaran-Jari agu Dedek, yang artinya: Tuhan dan Pemilik-Pencipta dan Pembuat.

Gregorius Setiawan saat sedang menyampaikan torok (Foto: Dok. Permata)

Untuk memastikannya, pada Minggu (05/01/20) malam, WartaNusantara coba menghubungi mahasiswa asal Manggarai NTT yang tadinya pembawa torok dalam perayaan misa tersebut.

Dalam penuturannya, Wawan, demikian Ia disapa menjelaskan, torok dalam bahasa Manggarai menampilkan keragaman dalam menyampaikan harapan dan doa.

“Harapan dan doa itu kita sampaikan kepada Tuhan melalui Imam, dengan berbicara menggunakan bahasa Manggarai,” ujar Sekertaris Permata Unwar itu melalui pesan WatsApp.

Soal adanya inkulturasi yang telah disepakati, kata Dia, merupakan wujud nyata dari tema natal 2019.

“Ini mau menampilkan bahwa dimata Tuhan kita sama, ini juga sesuai dengan tema Natal Nasional tahun 2019 adalah, jadilah sahabat bagi semua orang,” pungkasnya (feb/wn/red)