September Mendatang Paus Fransiskus Berkunjung ke Indonesia?

JAKARTA Pemimpin tertinggi umat Katolik Dunia, Paus Fransiskus dikabarkan akan berkunjung ke Indonesia.

Uskup Roma ini direncanakan datang ke Indonesia pada September 2020 mendatang.

Dari informasi yang dihimpun, Yahya Cholil Staquf, ulama Islam yang melakukan pertemuan dengan Paus Fransiskus pekan lalu di Roma, Italia.

Namun Vatikan belum mengkonfirmasi soal kunjungan yang disebut Yahya tersebut.

Dikutip dari catholicnewsagency.com, Senin, 20 Januari 2020, Yahya ke Roma di bawah program Abrahamic Faiths Initiative yang mengumpulkan pemuka agama Islam, Kristen dan Yahudi untuk mempromosikan perdamaian dan persaudaraan. Duta Besar Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internastional, Sam Brownback ikut menghadiri pertemuan yang dilakukan pada 15 Januari 2020.

Beredar Sebuah Surat

Beredar sebuah surat yang diklaim sebagai surat resmi Presiden Joko Widodo kepada Paus agar bisa benar-benar hadir di Tanah Air.

Dalam surat tersebut yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dan salinannya, Jokowi menyatakan menulis surat tersebut setelah mendengar kabar adanya rencana Paus mengunjungi Indonesia pada September mendatang.

“Saya telah menerima kabar bahwa Yang Teramat Mulia berencana untuk mengunjungi Indonesia pada bulan September tahun ini. Sehubungan dengan itu, dengan gembira saya menyampaikan kepada Bapa Suci, sebagai Pemimpin Spiritual Gereja Katolik, sebuah undangan resmi untuk menjadi tamu kami,” tulis Jokowi dalam surat tertanggal 16 Januari 2020 tersebut.

“Saya percaya bahwa kunjungan Yang Teramat Mulia akan menjadi momentum yang sangat baik untuk mempererat persahabatan dan kerja sama demi kemaslahatan kita bersama,” lanjut Jokowi.

Dia mengakhiri surat itu dengan menyatakan, “Seraya menantkan untuk menyambut Yang Teramat Mulia di Indonesia, terimalah, Bapa Suci, penghargaan saya yang setingi-tingginya.”

Sejauh ini belum ada informasi apakah benar surat tersebut yang telah resmi dikirim Presiden Jokowi. Namun, yang jelas, kabar adanya surat undangan resmi dari Presiden Jokowi sebelumnya dibenarkan juru uru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Teuku Faizasyah.

“Bapak Presiden (Joko Widodo) sudah mengirimkan surat undangan ke Paus,” katanya, Senon, 20 Januari 2020, seperti dilansirSatuharapan.com.

Ia juga menyatakan, Kementerian Luar Negeri telah melakukan diplomasi terkait hal itu.

Ketika dikonfirmasi perihal waktu pasti kunjungan Paus ke Indonesia pada bulan September 2020, Teuku Faizasyah belum dapat memastikan tepat waktunya.

Sedangkan perihal persiapan Indonesia terkait rencana kunjungan itu akan baru dilakukan setelah Paus bersedia memenuhi undangan dari Presiden Republik Indonesia.

“Persiapan akan dilakukan segera setelah ada konfirmasi kesediaan Paus memenuhi undangan bapak presiden,” katanya.

Sementara itu, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, kepastian kunjungan Paus Fransiskus tersebut masih menunggu konfirmasi resmi dari Presiden Jokowi dan Vatikan, mengingat kunjungan itu juga berkaitan dengan hubungan antarnegara.

Dia mengatakan, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia tentu sangat bermakna dan menjadi simbol yang sangat bagus.

Terlebih, kata dia, Paus Fransiskus tidak sembarangan mengunjungi suatu negara.

Dia melanjutkan, Paus Fransiskus biasanya ingin mempelajari atau melihat sesuatu dalam kunjungan ke sebuah negara.

“Nah di Indonesia ini kan yang terkenal adalah pluralitas, Bhinneka Tunggal Ika itu, sukunya banyak, bahasanya banyak, agamanya banyak, tetapi hidupnya harmonis. Kalau sungguh-sungguh datang, itu salah satu perhatian beliau,” ujarnya.

Di samping itu, katanya, kunjungan Paus Fransiskus akan berkaitan dengan dinamika Gereja Katolik di Indonesia.

“Yang sejauh dapat kami amati itu menjadi sangat dinamis, dalam arti baik, gerejanya hidup, terlibat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan berusaha untuk mengadakan pembaharuan terus-menerus sesuai dengan pesan pembaharuan dari konsili Vatikan kedua,” tuturnya kepada Sindonews.com.

Pembaharuan tersebut, katanya, bukan hanya terjadi di internal gereja tetapi juga dalam rangka peranan gereja di dunia. (RED)