Sepintas Sepi, Puisi-Puisi Sisilia Merung

Keluh Peluh
 

Sepucuk surat kudendangkan dimalam kelam

Diriasi pekikan syahdu pengantar lamun

Diapiti dinding yang gerutu kedinginan

Sedikit-dikit kurebahkan kepala pada guling

Terbesit langkah merayu Imaji

Ada sepenggal ucap terlintas namun tak kudapat realitanya

Dengan lihai ia memainkan iramanya

Menembus tembok gaduh lantaran music diputar

Dimana kau?

Tanyanya berpura-pura

Yuuhuu….

Aku di sini dengan peluh yang merauk jiwa

Ruang Teduh, 2019.

 

Indah

           

Kau tampak cantik dengan bibir merahmu

Kau tampak molek dengan riasan lehermu

Kau tampak manis dengan dengan sepatu vantofelmu

Kau tampak anggun dengan gaun yang dikenakan

Kau tampak mungil dengan tas bermotif batikmu

Kau tampak polos dengan tingkah luguhmu

Mencipta rona mengagumkan jiwa

Indah.

Semuanya kulukiskan dengan kata indah.

Taman, 2019.

 

Angan

 

Kau tumpahkan aku pada batas cakrawala ini

Kau diamkan aku pada resah gulana ini

Kau terlantarkan aku pada mimpi daging

Kau patahkan semangatku pada bahagia mereka

Kau buatku berdosa lantaran mencemburui anak manusia

Kau hokum aku dengan semua scenario bumi

Kau caci aku dalam diammu

Yang sungguh tak kuketahui

Kau menjaga jarak padaku lantaran aku tak punya apa-apa

Kau memelengkan kepalamu ketika aku berbicara

Kau tumpahkan aku dengan anggur pahit

Tidak seperti biasa kau buat

Kau menggelengkan kepala dengan maksud merendahkanku

Oh angan tolonglah.

Diam dan hargai perasaanku.

Pelataran Rumah,2019.

Valentine       

 

Sepenggal ucap pada rahim Santo Valentinus

Memercik sebingkis kisah merambah riuh pada seribu kepala

 

Tongkrongan pernak-pernik kau renggut pada tempat sendunya

Ah Valentine…

Kau tahu?

Deretan resah menggulai sang kepala tunai.

 

Jerit harap dibaringi kesal mengotori rasio mereka

Tapi sudahlah.

Bukankah ini juangan kasih sayang?

           

Biarlah ini kurbanan sang senja kala gelap merenggut   kebahagiaannya

Biarlah ini akan jadi goresan penanya pada secarik kertas usang ditelan hujan

 

Bibir Pantai, Desember 2018,

 

Sepintas Sepi

 

Sepiku apa kabar?

Apa kabar dengan risih yang membelenggu rasio?

Apa kabar dengan jerit tangis rindu?

Harapku jangan kau disapa jauh,,hilang apalagi sakit

Yah. Itu yang terpenting.

Tinggallah dalam lingkaran bahagia selalu

Biar bebanmu kupikul sebagai beban kujuga.

Jika kau berada di persimpangan,izinkanku menuntun jejakmu ke sebrang

 

Aku rindu.

Rindu dalam ratap hening malam

Dalam suara bisu menggerogot raga

Seandainya kau kecup rindu ini

Pasti bahagia berpijak pada langkah malam menyambut fajar

Tuhan

Titip salamku pada sepi di sana,bilang padanya

Selamat tidur, mimpi indah

Dihilangkan semua beban dalam penat badannya malam ini

Sembari esok menjemput langkah barunya

 

Oh ya.

Untuk esokJangan biarkan kakinya terantuk pada persimpangan jalan yang bergelombang itu

Izinkan dia menyentuh matras bahagia untuk disapa waktu lusa dan selamanya

 

Dalam bayang rindu, 2019.

 

Oleh: Sisilia Merung, Srikandi Muda PMKRI Jogja.