Hidup dalam Cinta Menuntut Pengurbanan

Oleh: RP. Ovan Setu, O.Carm.

Dalam keberadaannya, manusia diciptakan setururut citra dan rupa-Nya. Gambaran diri Allah menjadi gambaran wajah manusia. Manusia dituntut untuk bercermin kepada-Nya Manusia adalah alat yang dipakai Allah untuk membagi-bagikan warta kegembiraan dan keselamatan-Nya kepada sesama. Allah selalu mengundang manusia untuk mengambil bagian secara aktif di dalam segala karya-Nya yang nampak di dunia ini. Persoalannya adalah apakah manusia bersedia untuk memenuhi undangan-Nya? Sebab jika tidak, hidup manusia akan menjadi sia-sia, jauh dari belaskasihan Allah. Menjawabi pertanyaan ini, manusia harus mengintropeksi diri, masuk ke dalam dirinya dan membiarkan suara hati yang merupakan suara Allah sendiri yang berbicara. Dengan demikian, pada akhirnya manusia dapat mengambil suatu komitmen pasti untuk menjawab ya atas undangan-Nya. Suara dan setiap keputusan yang keluar dari suatu kedalaman hati senantiasa berarti dan menyiratkan sekian makna akan hari esok. Seluruh perjalanan dan perjuangan hidup manusia entah sekarang, besok, lusa dan seterusnya, bermuara dari kedalaman hati yang tulus dan setia mendengarkan suara-Nya untuk mencapai keselamatan kekal, sebab dimensi utama dari hidup adalah kedalamannya,demikian kata C. V. Tschudi.

Dari kedalaman hati, manusia sadar bahwa ia tidak hidup sendirian melainkan hidup bersama dengan yang lain. Ia senantiasa melibatkan sesamanya. Kemanapun ia pergi atau seberapapun besar cita-cita atau rencana dan harapan hidup di masa mendatang tentu akan menjadi sia-sia tanpa kehadiran orang lain yang memberikan semangat, motivasi, dan uluran tangan sedemikian cara. Secara sadar atau tidak, kasih Allah itu tampak lewat kehadiran dan kebersamaan dengan mereka. Manusia tidak saja menjadi bahagia oleh tingkat penghasilan ataupun prestise yang ia peroleh tetapi juga menjadi bahagia karena banyaknya teman yang selalu bersamanya. Kata orang meskipun tidak seberapa besar bukti bantuan yang mereka berikan, tetapi kehadiran mereka saja sudah memberikan harapan kepada kita untuk beranjak kepada kehidupan yang lebih baik dan bahagia. Konteks kehadiran, sebenarnya mewakili kedalaman hati mereka yang tersentuh untuk sedia terlibat dalam membagikan kasih Allah kepada kita. Bukankah ini yang dinamakan dengan cinta, cinta yang tidak pernah buta oleh kenikmatan sendiri tetapi memperhatikan pihak lain. Kerelaan hati dan bentuk pengurbanan diri untuk turut merasakan susah bahagianya hidup telah menunjukkan cinta Allah yang tak kenal batas kepada umat-Nya. Walaupun rasanya kemampuan itu terbatas, setidaknya kita dapat mengorbankan sedikit waktu, rutinitas kita untuk memperhatikan sesama saudara lain yang serba terbatas. Benar kata Tagore bahwa hidup itu menjadi kaya oleh cinta yang dikurbankan. Dengan mengikutsertakan jiwa pengurbanan dalam cinta kepada sesama, hidup ini terasa indah dan menjadi kenangan tersendiri yang berarti.

Kedalaman hati dan bentuk-bentuk pengurbanan yang telah kita bagikan kepada sesama, menjadi tanda keikutsertaan kita dalam membahagiakan mereka. Jika sebagian kelebihan yang kita miliki telah dibagikan kepada sesama, hidup ini terasa indah. Harta tidak lagi menjadi hitungan atau ukuran untuk suatu kebahagiaan, melainkan persembahan diri yang turut mempedulikan nasib orang lain. Ketika mereka mengalami kebahagiaan dalam hidup oleh karena uluran kasih kita, maka kita pun merasa bahagia. Allah sebagai Sang Kasih juga turut merasakan kebahagiaan tersebut. Kita seakan merasa bahwa satu hari hidup itu lebih bernilai daripada satu gunung emas, kata Yoshida kenko.

Tentang cinta, banyak yang dapat dikatakan. Setiap orang, siapapun dia pasti memiliki pemahaman tersendiri tentang cinta. Bahkan orang seakan merasa kehabisan kata-kata untuk mendefinisikan arti cinta tersebut. Cinta menyiratkan sekian cerita bagi hidup manusia. Manusia diciptakan untuk hidup bersama dan bersaudara dengan sesama. Kebersamaan itu dapat dimengerti sebagai suatu keadaan dimana seorang pribadi senantiasa mengerti, menerima, menghargai dan mencintai sesama apa adanya mereka. Hidup bersama tanpa cinta akan menjadi neraka yang tak pernah mendatangkan kebahagiaan, malah membawa jurang pemisah yang sangat dalam.

Dengan demikian, cinta memiliki harga yang mahal dalam kehidupan manusia, karena bagaimanapun juga hidup itu tidak lain dari mencinta (Alexander Vinet). Lewat cinta orang dapat mengenal yang lain, mengerti, menerima dan mencintai sesamanya.**