DENPASAR – Umat Hindu, Bali tinggal menghitung hari akan merayakan Nyepi, Tahun Baru Caka 1942 yang akan jatuh pada Rabu (25/3) mendatang.
Seperti biasa, Umat Hindu Bali dalam tradisi Nyepi ini selalu mengadakan pawai ogoh ogoh oleh setiap Banjar.
Untuk diketahui, Nyepi tahun ini berlangsung di tengah merebaknya virus corona yang kian menakutkan di berbagai negara di dunia. Tak terkecuali di Bali yang merupakan salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan ikut terkana dampak dari virus asal Wuhan, China itu.
Menanggapi kondisi ini, Anggota DPRD Kota Denpasar, Anak Agung Ngurah Gede Widiada dari Fraksi NasDem meminta kepada masyarakat Kota Denpasar agar terus waspada lebih khusus persiapan dalam menjelang hari raya Nyepi.
“Sebagai wakil Rakyat kota Denpasar atas kepedulian saya kepada masyarakat yang lebih luas dan keluarga kecil saya berani bersaran kepada Generasi muda dan masyarakat Denpasar terutama umat sedarma dalam melaksanakan Melasti dan Taur kesanga, mari membatasi warga yang terlibat dalam kegiatan tetapi ngiring nguleng kayun (konsetrasi) melakukan Pemuspan (persembahyangan) dari Merajan, Paibon, sanggah masing-masing memohon kerahayuan jagat dan keselamatan (kerahayuan) kita masing-masing bersama keluarga kecil kita,” ujar Anak Agung Ngurah Gede Widiada.
Terkait soal ogoh ogoh, anggota Dewan asal Denpasar Utara tersebut menyarankan agar tidak diperarakkan sebagaimana lazimnya setiap tahun.
“Dalam pelaksanaan ogoh-ogoh sebaiknya tidak dipawaikan, tetapi dipamerkan di depan banjar sebagai hasil karya seni kreatifitas generasi muda,” ujar Penglisingsir Puri Peguyangan ini.
Meniadakan pawai ogoh ogoh menurut Anak Agung Ngurah Gede Widiada dengan alasan melihat situasi Virus Corona yang kian merebak.
“Ini kita lakukan karna ada situasi yang sangat lain selama kehidupan belum pernah terjadi, adanya perkembangan virus corona yang menyebar sangat cepa yang menuntut perhatian semua masyarakat untuk waspada dan tanggap,” ujarnya.
“Juga menghormati edaran Gubernur Bali dan Parisada. Ini adalah saran sebagai dewan kota sebagai wujud kepedulian terhadap keselamatan masyarakat dan bencana kemanusian sebagai dampak virus corona,” imbuhnya.
Soal Virus Corona ini, kata Anak Agung Ngurah Gede Widiada, dirinya sebagai wakil rakyat gelisah melihat perkembangan situasi yang terjadi.
“Di mana sejatinya saya pun belum tau pasti karna bukan pakar juga bukan ahli, tapi saya seorang wakil rakyat yang selalu gelisah melihat perkembangan situasi yang terjadi. Semua belum ada kepastian,” ujarnya.
Dikatakan Anak Agung Ngurah Gede Widiada, bahwa semua upaya strategis yang dilakukan berupa kajian-kajian dari Tim ahli hasilnya belum mendapatkan secara maksimal.
“Karna itu saya sebagai anggota Dewan kota berani matur kepada warga kota dan masyarakat Bali sebagai upaya mempertegas dan mendukung Edaran Gubernur Bali yang dilandasi hati nurani dan mencintai kehidupan untuk keselamatan masyarakat dan keluarga kecil kita masing-masing,” tandasnya.
Anak Agung Ngurah Gede Widiada mengakui, meminta ditiadakannya pawai ogoh-ogoh sudah pasti membuat kecewa para kreator ogoh-ogoh, namun hal ini dilakukan semata-semata mencintai kehidupan manusia yang lebih besar.
“Saya yakin ini tidak populer terutama di hati para yohana yang telah berkreatifitas membuat ogoh ogoh yang akhirnya bertemu dengan situasi yang seperti ini kedaan yang sangat tidak kita harap kan terjadi, tetapi karna kami mencintai kehidupan (kemanusian) kami pun ikut menyampaikan saran kepada masyarakat Bali yang tengah dalam proses melaksanakan Taur kesanga menyambut Tahun Caka 1942. Semoga kita semua Rahayu (terslamatkan) dari pandemi virus corona,” tutup Anak Agung Ngurah Gede Widiada. (RED)